Dari Nonton Superhero ke Bikin Game Superhero Sendiri
Banyak anak suka nonton film superhero, tapi bagaimana kalau mereka bukan hanya menonton, melainkan ikut membuat game superheronya sendiri?
Di video yang saya lampirkan di sini, saya menunjukkan proses membuat game sederhana: seorang anak dengan armor yang berubah menjadi superhero dan melawan monster. Bukan sekadar pamer game jadi, tapi benar-benar memperlihatkan tahapan berpikir dan membangunnya pelan-pelan.
Tujuannya sederhana:
Anak-anak, adik-adik, atau pemula bisa melihat bahwa membuat game itu bukan hal yang mustahil, dan code yang dipakai sebenarnya tidak banyak.
Mulai dari yang Sangat Sederhana
Alih-alih langsung lompat ke game yang penuh efek, saya selalu mulai dari versi paling sederhana dulu. Kurang lebih alurnya seperti ini:
- Sprite anak berjalan kiri dan kanan
- Karakter utama awalnya hanya seorang anak kecil.
- Ia cuma bisa bergerak ke kiri dan ke kanan.
- Di tahap ini, fokusnya: menggerakkan karakter dan memahami logika dasar input (tombol, arah).
- Menambahkan “bola” sebagai alat / senjata
- Setelah gerak dasar beres, saya tambahkan objek sederhana seperti bola.
- Bola ini bisa dilempar atau digerakkan, sehingga anak belajar konsep interaksi antar objek di dalam game.
- Bola berubah menjadi armor
- Supaya lebih seru dan tematis, bola tersebut saya ganti menjadi bagian-bagian armor.
- Di sini, anak belajar bahwa: “Oh, ternyata tinggal ganti gambar saja, logika kodenya masih bisa sama.”
- Muncul superhero lengkap dan monster sebagai musuh
- Setelah armor terkumpul, karakter anak bisa tampil sebagai superhero lengkap.
- Lalu saya tambahkan monster sebagai musuh, sehingga muncul adegan “bertarung” yang lebih menarik.
- Tambahan efek kecil: awan, suara, dan reaksi
- Saya juga membuat cloud (awan) dan detail kecil lain supaya latar lebih hidup.
- Monster bisa dipukul, dan idealnya ada bunyi pukulan atau efek suara ketika terkena.
Dengan alur seperti ini, anak melihat bahwa game tidak tercipta “sekali jadi”. Selalu ada proses:
Sederhana → nanti ditambah → lalu dikembangkan → baru jadi “game keren”.
Code-nya Ternyata Tidak Banyak
Salah satu poin penting dari video ini adalah menunjukkan bahwa:
- Code yang dipakai tidak terlalu panjang
- Logika utamanya bisa dipecah menjadi beberapa bagian sederhana:
- Gerak kanan–kiri
- Deteksi tabrakan
- Ganti sprite/gambar
- Mengurangi nyawa musuh, dan sebagainya
Dengan begitu, anak atau pemula yang menonton bisa berpikir:
“Oh, ternyata aku juga bisa, asal mulai dari yang kecil dulu.”
Bukan fokus ke “wow game besar”, tapi ke:
Bagaimana satu fitur kecil dikerjakan dan bisa ditiru.
Menggunakan AI untuk Gambar Superhero & Monster
Di video tersebut, saya juga menjelaskan bahwa:
- Saya tidak menggambar semuanya sendiri.
- Beberapa gambar superhero, armor, dan monster saya ambil dari AI image generator.
- Gambar-gambar tersebut kemudian saya olah dan dipakai sebagai sprite di dalam game.
Ini penting untuk menunjukkan kepada anak-anak (dan orang tua) bahwa:
- Mereka tidak harus jago menggambar untuk mulai membuat game.
- Mereka bisa memanfaatkan alat bantu seperti AI untuk membuat aset visual dengan cepat.
- Fokus utama tetap pada logika game dan kreativitas cerita.
Eksperimen Musik: Dari Lagu Avenger ke Suno
Selain visual, saya juga bercerita tentang eksperimen membuat musik latar:
- Saya sempat mencoba memakai Suno untuk membuat musik yang nuansanya mirip seperti soundtrack superhero.
- Ternyata, hasilnya belum terlalu mirip dengan lagu Avenger yang terkenal.
- Tapi justru di situ poinnya: Kita belajar untuk berkarya sendiri, bukan sekadar mengambil musik orang lain.
Ini bisa menjadi inspirasi untuk anak dan remaja:
- Bahwa mereka bisa mencoba membuat musik sendiri dengan bantuan AI.
- Belajar bahwa kreativitas itu proses, tidak selalu langsung “perfect”.
Pentingnya Dukungan Keluarga dan Teman
Di bagian akhir video, saya juga menyinggung soal peran keluarga dan teman.
Komentar sederhana seperti:
- “Wah lucu ya gamenya!”
- “Keren lho bisa bikin begini!”
- “Coba tambahin musuh lagi dong!”
Tampaknya sepele, tapi bagi anak yang baru belajar, kalimat-kalimat seperti itu:
- Bisa jadi bahan bakar semangat untuk terus belajar.
- Membuat mereka merasa karya mereka dihargai.
- Mendorong mereka untuk tidak cepat menyerah ketika game-nya error atau tidak jalan.
Kalau kamu orang tua, kakak, guru, atau teman:
Dukungan kecilmu bisa menjadi alasan kenapa seorang anak bertahan belajar coding lebih lama.
Ide Diskusi Setelah Menonton Video
Kalau kamu mau memakai video ini di kelas, les, atau di rumah bersama anak, kamu bisa ajak mereka berdiskusi:
- Bagian mana dari game yang paling mereka suka? Anak, armor, atau monster?
- Kalau mereka boleh menambah fitur baru, mereka ingin menambah apa?
- Menurut mereka, apa yang lebih sulit: menggambar karakter atau menyusun logika game?
- Apa perasaan mereka ketika melihat game bisa jalan sesuai keinginan?
Dari sana, kamu bisa mengarahkan mereka ke:
- Belajar konsep pemrograman dasar (gerak, kondisi, tabrakan).
- Belajar desain sederhana (komposisi karakter, latar, warna).
- Belajar mindset bertahap: mulai dari kecil, lalu dikembangkan.
Ayo Ikut Membuat Versi Kamu Sendiri
Silakan tonton video yang saya lampirkan di bawah ini.
Kalau kamu suka:
- Coba tiru langkah-langkahnya.
- Tidak perlu sama persis — kamu bisa ganti:
- Anak → robot
- Armor → senjata futuristik
- Monster → alien, naga, atau makhluk lucu
Yang penting, kamu mulai dulu.
Kalau kamu orang tua atau guru, semoga video dan artikel ini bisa jadi:
- Contoh nyata bahwa coding itu bisa menyenangkan
- Titik awal untuk mengajak anak berkarya, bukan hanya konsumsi konten
Selamat menonton dan selamat bereksperimen! 🎮🦸♂️👾
Untuk download source code lengkap: